"Mangkang Menua,Mangkang Dunya,Ngetan Ke Bansa!!"

December 4, 2010

Pengayau

Filed under: Pengayau — Pengayau @ 11:00 am


Im not a Racist.There is nothing wrong for you,me or anyonelse to fight for our Rights but that does not mean that we are being Racist and that does not mean that along the way,we need and we have to denied the Rights of others

You have yours,I have mine and they have theirs.Isnt it something that we called a Mutual Respect?

When we talk about our People and our Rights,They will say that we are being Racist.When they talk about their People and their Rights,does that mean that we are both equally being Racist?

Mangkang Menua,Mangkang Dunya,Ngetan Ke Bansa!!

~~Pengayau~~

February 2, 2010

Pengayau Blogs has to put to an end?

Filed under: Pengayau — Pengayau @ 3:01 am

After receiving a few GENTLE REMINDER from some of my “FANS”,im considering to put an end to my Pengayau Blogs due to CRITICS and ADVISED by my fellows “FANS”.

I have started to Blogs just barely a few months ago and i felt very sad that it has to come to and end.This Blogs is actually to SHARE my thoughts and opinion with ISSUES OF THE DAY and the present Dayak Dilemma in particular

I do admit that most of it is related to the Socio Politico of our beloved Dayaks and matters that related to the present Dayaks Comunity.I believe now is the HIGH TIME for us as the Dayaks to ARISE AGAIN to safeguard and secured a BETTER FUTURE and a BRIGHTER TOMORROW for the next Generation of the Dayaks.

We have been systematically OPPRESSED,SUPPRESSED and DEPPRESSED for the last 47 years be it from Politics,Social,Education and of course our RIGHTS.

We cant afford to sit back and relax and just wait for our FUTURE,we must DO something for our FUTURE.Along the way,we must never ever forgot that our FIGHT and STRUGLLE will never came to and end for as long as our Dayaks were not being RESPECTED and our RIGHTS given to us.

Im not scared at all for all those so called INTIMIDATIONS for i believe what i wrote is based on FACT.A Fact which is always caused DISCOMFORT and BITTER PAIN for some of my “FANS”

At first,i was planning to MIGRATE my Pengayau Blogs.wordpress.com to Pengayau.com in the mid of 2010 and of course for REAL SERIOUS Blogging.But somehow,it seems like it wont be MATERIALSIED for the time being.At least not for now and ONLY TIME CAN CHANGE it.

Hence,i looking forward to get some feedback wether i put and end to this Blogs or should i keep on writting or should i keep on Blogging with the upcoming  POLITICAL ACTION within the next few months??or by the END of this YEAR to be exact?

The TRUE Pengayau

Filed under: Pengayau — Pengayau @ 1:27 am
Tags:

Taken from Komunitas Blogger Dayak

Catatan dari Tragedi Sampit

Seorang pemuda bersenjata mandau duduk tepekur di trotoar jalan, di
Depan Hotel Putra Sampit, Kotawaringain Timur, Kalimantan Tengah
(Kalteng). Mandau di tangannya masih meneteskan darah. Matanya tampak
berkaca-kaca, dan sesekali ia sesenggukan. Ahmad, pemuda beretnis
Banjar yang kebetulan rumahnya dekat dengan trotoar jalan itu,
memberanikan diri menghampiri.

Ahmad bertanya dalam bahasa Melayu, ternyata pemuda yang sedang
menangis itu tidak mengerti. Ia tak lain adalah warga Dayak pedalaman.
Lalu, terjadilah dialog dalam bahasa daerah. “Kenapa Anda menangis,”
tanya Ahmad. “Bagaimana tidak, saya telah melakukan pembunuhan,” jawab
pemuda Dayak itu. Pemuda Dayak itu lantas nyerocos, kalau mengingat
pembunuhan yang dilakukannya, ia merasa kasihan pada warga Madura.
Tapi jika mengingat kelakuan etnis asal pulau garam itu, akunya, rasa
kasihannya menjadi hilang.
Pemuda itu hanyalah salah satu dari ratusan pemuda Dayak yang
melakukan penyerangan ke Sampit. Menurut budayawan Dayak Kalteng,
Gimong Awan, memang banyak di antara warga Dayak yang mengikuti
‘peperangan’ itu adalah pemuda berusia di bawah 30 tahun. Penyesalan
setelah membunuh itu muncul, duga Gimong, karena telah habisnya
pengaruh ‘isian’ yang dilakukan oleh orang sakti Suku Dayak. Para
pemuda itu, sambungnya, kebanyakan adalah pemuda lugu yang tidak
jarang juga pengangguran.

Seperti disaksikan oleh banyak warga Sampit, sebelum melakukan
penyerangan, beberapa subsuku Dayak memang malakukan ritual. Warga
Dayak yang ikut ritual itu setelah diisi, kulitnya dicoba disayat satu
per satu. Apabila ada yang luka, berarti ia tidak berbakat untuk
mendapatkan ‘kekebalan’. Bagi yang digores tidak berdarah, maka ia
lulus sebagai inti dari pasukan perang Dayak.

“Isian itu dilakukan seperti di Pencak Silat semacam Satria
Nusantara,” ujarnya. Selepas ‘isian’ habis, tambahnya, mungkin mereka
baru menyadari bahwa pembunuhan yang dilakukannya itu dilarang oleh
agama yang mereka anut.

Tapi, apa yang membuat suku Dayak di Kalteng begitu kalap dalam
menghadapi warga Madura? Hampir semua warga dan tokoh Dayak yang
ditemui Republika menunjuk perilaku kebanyakan etnis Madura sebagai
penyebabnya. H Charles Badarudin, seorang tokoh Dayak di Palangkaraya
menceritakan kelakuan warga Madura banyak yang tidak mencerminkan
peribahasa “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”. Ia
mencontohkan salah satunya dalam soal tanah.

(more…)

Upacara Ngayau, Kepala Musuh untuk Kehormatan dan Kekuasaan

Filed under: Pengayau — Pengayau @ 12:41 am
Tags:

Taken from  Komunitas Blogger Dayak

Upacara Ngayau, Kepala Musuh untuk Kehormatan dan Kekuasaan

Upacara ini untuk pertama kalinya digelar di muka umum di luar sub suku Dayak Iban. Sebagai upacara untuk umum, tentu saja pelaksanaannya hanya modifikasi dari upacara yang sesungguhnya yang tak bisa lepas dari korban kepala manusia dari pihak musuh. Kurang lebih, dalam upacara yang digelar pada Selasa 22 Mei 2007 dalam acara Gawe Dayak dan Gelar Budaya Dayak 2007 di Rumah Betang, Pontianak, hanya fragmentasi dari tata cara suku Iban menyelenggarakan tradisi Ngayau.

Ngayau merupakan tradisi suku dayak yang mendiami Pulau Kalimantan, baik suku dayak yang tinggal di Kalimantan Barat maupun Kalimantan lainnya termasuk Malaysia mengenal tradisi Ngayau, Namun pada gelar Budaya Dayak ini dikhususkan tradisi Ngayau menurut suku Dayak Iban.

Secara historis Ngayau menurut suku Dayak Iban mempunyai arti turun berperang dalam rangka mempertahankan status kekuasaan, misalnya mempertahankan atau memperluas daerah kekuasaan yang dibuktikan dengan banyaknya jumlah kepala musuh.

Semakin banyak kepala musuh yang diperoleh, maka semakin kuat/ perkasa orang yang bersangkutan. Dalam bahasa Iban Ngau bermakna juga sebagai perang berburu kepala yang dilakukan secara berkelompok disebut “Kayau Banyak”atau individu yang disebut “Ngayau Anak” . Sedangkan orang yang memperoleh kepala dianggap sebagai pahlawan perang yang biasa dianggap dengan “Bujang Berani” atau ksatria.

Adat Ngayau pertama kali diturunkan oleh Urang Libau Lendau Dibiau Takang Isang (kayangan) yang saat itu sebagai tuai rumah (kepala kampung) yang bernama Keling. Berkat keberaniannya dan kegagahannya maka diberikan gelar : Keling Gerasi Nading, Bujang Berani Kempang (Keling merupakan orang yang gagah berani). Gelar tersebut diberikan oleh Tetua Iban yang bernama Merdan Tuai Iban, yang saat ini tinggal di Tatai Bandam (masuk dalam eilayah lubuk Antu Serawak Malaysia).

(more…)

Blog at WordPress.com.